SELAMAT DATANG DI WEBLOG TAMAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI CAHAYA ILMU SEMARANG)

Jumat, 25 Maret 2011

MENUMBUHKAN RASA PeDe PADA ANAK

Oleh : S.Arini Baroroh

Orang tua mana yang tidak
ingin anaknya seperti bocah ajaib pengukir sejarah dunia, seperti Thomas Alva Edison, Albert Einstein, BJ Habibie, Tufik Hidayat (pemain bulutangkis), atau seperti Samuel ( penyanyi cilik AFI Junior), Brandon (IMB) dan JP Millenix (Drummer ). Paling tidak anak punya keberanian untuk mencontoh semangat dan perilaku tokoh-tokoh tersebut meraih prestasi dalam hidupnya maupun segenap kemampuannya. Namun kini persoalannya adalah bagaimana mewujudkan harapan orang tua tsb menjadi kenyataan.Jika kita amati anak-anak kita, seringkali anak mengeluh tidak punya kemampuan apa-apa, merasa tidak bisa melakukan sesuatu, ketika belajar mudah menyerah. Jika diminta melakukan sesuatu, anak takut secara berlebihan dan merasa tidak yakin dapat melakukannya. Apalagi keberaniannya. Kita sering direpotkan perilaku anak di saat ada banyak teman sebaya didekatnya, anak malah takut untuk bermain bersama dan terus berlindung dibalik orangtuanya. Anak tidak punya keberanian untuk berkomunikasi dengan orang lain. Untuk menyampaikan keinginannya saja anak tidak berani apalagi berbicara di depan orang banyak. Sebagai contoh berikut ini :
“Di rumah Tania bagaikan bintang panggung,” cerita Dian seorang ibu muda tentang gadis ciliknya. Betapa tidak, si kecil yang berumur 5 tahun itu pintar menyanyi, gemar menari mengikuti gerak penari di TV. Tapi jangan ditanya penampilannya didepan orang banyak. “ Ia seperti siput “. Begitu Dian menilai anaknya yang kurang percaya diri..Nggak Pede ! Karena kekhawatiran akan masa depan anaknya , Dian amat peduli pada kepercayaan diri anaknya.
Tentunya kita tidak dapat memungkiri, anak yang kurang memiliki percaya diri , akan menghambat prestasi intelektual, ketrampilan dan kemandirian anak. Anak jadi tidak cakap dalam segala hal dan tidak punya keberanian mengaktualisasikan segenap kemampuan yang dimiliki. Bagaimana ini bisa terjadi ?

Rusaknya Kepercayaan Diri

Mengingat begitu pentingnya membangun kepercayaan diri sebagai sumber energy (kekuatan) diri anak untuk dapat mengaktualisasi diri secara utuh, maka anak membutuhkan bantuan kita. Peran orang tua sangat vital dalam menumbuhkan percaya diri anak karena orang tuanyalah yang paling berpengaruh dan terdekat hubungannya dengan anak.
Percaya diri adalah merasa nyaman tentang diri sendiri dan penilaian orang lain terhadap diri sendiri.. Konsekuensinya saat seseorang mengatakan tidak pede adalah bila dia merasa tak nyaman tentang diri sendiri. Orang yang tidak PD merasa terus menerus jatuh, takut untuk mencoba, merasa ada yang salah dengan dirinya, merasa tak diperhitungkan orang. Ada persaan khawatir menghadapi dunia karena mereka melihatnya sebagai tempat yang bermusuhan.
Kepercayaan pada diri sendiri tidak dapat tumbuh dalam satu hari dengan menerapkan cara berpikir positif. Ia terbentuk sejak bayi. Lingkungan punya andil membentuknya. Jika dibaratkan jiwa manusia itu seperti kendi tabungan.. Orangtua, kakek, nenek, teman, guru, tetangga adalah orang-orang sekitar anak yang mengisi atau bahkan menguras kendi itu. Kalau mereka semua memberikan penghargaan, kasih sayang, perhatian,dorongan dan semua yang positif, kendi itu jadi kencang, indah dan bersinar. Sebaliknya bila yang dilempar itu kritikan , perbandingan, dengan orang lain, cacian, label, kurang perhatian dan semua yang negative, kendi itu akan kempot. Ibarat tabungan yang terus didebit, jiwa itu mengerut. Sebagai introspeksi, mari kita lihat anak kita, termasuk kendi yang manakah mereka ?
Dalam proses tumbuh dari bayi, balita,awal sekolah, pra remaja hingga remaja, anak menghadapi berbagai tantangan, namun seringkali orang tua menghindarkan mereka dari tantangan dengan berbagai alasan. Sebagai contoh :
Sering terjadi anak sudah berumur 7-8 th. Anak seumur itu mulai mandiri, lingkup perhatianya sudah meluas dan punya pilihan sendiri, tapi si ibu masih saja menyiapkan pakaian untuknya. Anak sering dihindarkan dari tantangan dan respek dirinyapun turun, Pada akhirnya kepercayaan dirinya rusak,.Pada anak tumbuh perasaan seperti tidak mampu melakukan sesuatu, selalu perlu diarahkan , dan suka membela diri.
Banyak orang tua kurang menyadari peran dalam membangun PD anak. Tak jarang malah orang tua menjadi penyebab rusaknya / tdak berkembangnya PD anak, karena terlalu dimanja, tidak dibina dan dilatih, atau kurang menyadari anak mengalami kesulitan membangun PDnya. Kadang orang tua salah menanggapi ketidakmampuan anak mengembangkan PDnya karena terlalu merepotkan ortu. Tidak jarang kita bertindak reaktif menanggapi anak yang tidak memiliki PD. Padahal sikap reaktif kita malah membuat anak semakin tertekan dan tidak berdaya .

Kiat-kiat Membangun Percaya Diri Anak

Langkah awal membuat anak PD adalah respek, seperti kata RasuluLLah SAW “ Hormatilah anakmu, hargailah anakmu “.
Sebagai wujud konkret, bahasa respek adalah bahasa baik (positif) dan bicara secara baik-baik. Ini harus dirasakan anak dan ditunjukkan dengan perbuatan sehingga anak merasa dihargai. Langkah berikutnya, memberi kesempatan terus menerus untuk menguji kemampuan dan belajar dari keberhasilan dan kegagalannya. Ini menjadi landasan yang kuat bagi harga diri yang diperlukan pada kehidupan usia dewasa. Kemudian beri dorongan secara tulis. Peningkatan sekecil apapun harus dihargai. Begitu berhasi mengatasi tantangan-tantngannya perasaan positif terhadap diri sendiri pun tumbuh. Ganjaran atas prestasinya membuat anak yakin akan kemampuan dirinya. Keyakinan ini memicu konsep diri positif dan harga dirinya tumbuh positif dan akhirnya anak tumbuh percaya diri.
Masalahnya orang tua kadang meletakkan harapan terlalu tinggi pada anak. Akibatnya anak dihujani kritikan. Orang tua juga suka membandingkan anaknya dengan anak lain.Proses penumbuhan kepercayaan diri tidak melulu pada diri anak. Untuk membuat anak-anak PD, orang tua harus PD dulu. Orang tua harus menjadi role model yang sehat bagi anak-anaknya. Orang tua harus dapat menerima dan menghargai dirinya sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Menerima kelebihan dan kekurangan diri itu wujud percaya diri. Caranya dapat dengan menghargai usaha dan keberhasilan yang dicapai. MIsalnya “ Alhamdulillah selesai juga akhirnya baju buatan mama ini “. atau “Yaa, mama gagal lagi , tapi mama sudah berusaha lho.”
Karena itu untuk melahirkan anak yang memiliki percaya diri, marilah kita sebagai orang tua terlebih dulu membangun kepercayaan diri kita . Bebrapa hal yang perlu dipelajari dalam mengembangkan percaya diri anak :
1. Mengembangkan konsep diri positif
2. Mengembangkan kemampuan membangun performance/penampilan diri
3. Mengembangkan kemampuan mampu berbuat sesuatu
4. Mengeksplor kemampuan intelektual
5. Mengembangkan kemampuan menghadapi masalah/ujian/cobaan
6. Mengembangkan kretivitas
7. Mengembangkan Kemampuan berbicara/komunikasi
8. Mengembangkan kemampuan bergaul/sosialisasi
9. Mengembangkan kemampuan pengendalian diri, menangani konflik
10. Mengembangkan kemampuan kemandirian anak
Selamat belajar dan mencoba, semoga akan mengantarkan anak kepada KESUKSESAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar