SELAMAT DATANG DI WEBLOG TAMAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI CAHAYA ILMU SEMARANG)

Jumat, 11 Februari 2011

Implementasi Hak Anak Sesuai Fitrahnya, akan Menciptakan Pembelajaran Holistik dan Integratif DI PAUD TPQ

Oleh: Dedy Andrianto *

Di usia emas anak 0 – 8 tahun, pembelajaran holistik merupakan cara belajar dengan menggunakan otak holistik, yaitu fungsi otak kanan dan kiri secara tepat, dan menjelaskan hubungan antara materi satu dengan lainnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan.
Sebelumnya kita harus memahami potensi kecerdasan anak, yang akan menjadi modal untuk mewujudkan anak yang ideal. Dan tentunya semua potensi itu tersimpan dan bagian tubuh yang sangat penting, yaitu OTAK kita.
Untuk itu, mari kita pelajari otak manusia, sebagai modal kecerdasan.
Pertumbuhan fisik otak
Pada saat manusia berumur 0 – 6 tahun, otak tumbuh mencapai = 90 %
Kemudian pada umur 6 – 12 tahun, bertambah 10 % menjadi sempurna.
Perkembangan kecerdasan kognisi otak
Saat manusia berumur 0 – 4 tahun, kecerdasan sudah mencapai 50 %
Kemudian umur 4 – 8 tahun, bertambah 30% menajadi 80%.
Dan pada umur antara 8 – 18 tahun otak berkembang hanya 20 %.
(sumber : Dr. Osborn. Dr. White, dan Dr. Bloom)

Pada masa perkembangan otak manusia umur 0 – 8 tahun yang telah mencapai 80 % ini, menurut Tony Buzan, ternyata OTAK KANAN berkembang terlebih dahulu, kemudian baru otak kirinya.
Jadi untuk dapat memahami anak, seorang Ustadz/dzahan harus memberikan stimulasi pembelajaran melalui otak kanan dan otak kirinya.

Cobalah pahami kembali potensi kecerdasan pada otak KANAN (karena fungsinya berkembang lebih banyak=80%), sehingga untuk mereka, pembelajaran seharusnya melalui fungsi otak kanan dan otak kiri,, yaitu dengan cara : MENYANYI, BERCERITA, MENGGAMBAR, EKSPLORASI dan BERMAIN. Sehingga normal dan sangat wajar apabila mereka sangat menyukai hal ini.
Contoh :
(1) Ketika kita mengajarkan sebuah lagu pada anak, (misal = lagu ’Disini senang’). Menyanyi akan mengembangkan potensi musikal di otak kanan. Saat lagu ini dinyanyikan dengan gerakan tepuk misalnya, inipun baru mengembangkan potensi kinestetik di otak kanan. Padahal pembelajaran holistik, otak kirinya juga harus terstimulasi. Sehingga akan lebih efektif apabila saat menyanyi, gerakan tidak hanya sekedar tepuk saja, namun bisa disesuaikan dengan syair lagunya. Saat mengucapkan ”di sini senang ....... dst”, posisi tangan menunjukkan posisi ’di sini’ dan seterusnya, sehingga menjadi kontekstual/nyata/ sesuai dengan apa yang dikatakan.
(2) Ketika kita mengajarkan baca dan hitung, adalah mengajarkan kecerdasan bahasa, matematika, yang berada pada potensi kecerdasan otak kiri, banyak cara yang bisa kita lakukan melalui fungsi otak kanan, misalnya melalui bernyanyi, bercerita, bermain atau eksplorasi.
(3) Saat kita mengajari menulis, sebenarnya dominan mengembangkan kecerdasan visual spasial di otak kiri. Agar bisa holistik, kita bisa mengajarkan dengan cara menggambar, main puzzle, meremas dan merobek kertas, menempel dll. Angka dan huruf terdiri dari titik, garis dan lengkung, demikian dengan gambar. Akan lebih menyenangkan jika tahap menulis angka dan huruf dilakukan dengan aktivitas gambar.

Implementasi Hak Anak di TPQ dan Keluarga.
Sebagai Ustadz/dzah dan Orang Tua, Apa Yang Bisa Kita Lakukan ?

A. Prinsip KEPENTINGAN TERBAIK UNTUK SEMUA ANAK

Ustadz/dzah Orang Tua/Keluarga
• Membuat SKH/RKH yang holistik dan integratif sesuai dengan tema dan perkembangan usia
• Mengajar dengan menyesuaikan gaya belajar anak
• Mengajar dengan berpusat pada anak dan MENYENANGKAN.
• Menyiapkan APE dan Menata Lingkungan Main
• Menyapa Anak dengan ramah
• Menyiapkan Permainan Kinestetik (fisik motorik)
• Mengenalkan pada Tuhannya, sesuai keyakinan anak, melalui doa dan ibadah.
• Membuat aturan main bersama anak
• Memberikan beberapa pilihan untuk main
• Memberikan dukungan, motivasi dan bimbingan.
• Memberikan waktu yang cukup untuk bermain
• Melatih dan mengajak anak bertanggung jawab, dengan membereskan mainan
• Mengingatkan dan memaknai kembali kegiatan yang telah dilakukan
• Menghubungkan dengan semua aspek dan mengkaitkan dengan kehidupan anak.
• Dll • Para ibu menyiapkan fisik dan mental pada saat kehamilan
• Memberikan nama yang baik
• Membuatkan akte kelahiran
• Memberikan ASI eksklusif (6 bulan)
• Memberikan makanan dengan gizi yang seimbang
• Menjaga dari makanan yang tidak sehat (JAJANAN yang mengandung zat kimia = pemanis, pengawet dan pewarna buatan)
• Memberikan Ustadz/dzahan usia dini (bisa dirumah atau di sekolah dengan memperhatikan minat, keinginan dan sesuai dengan perkembangan usianya)
• Jika sekolah, pilihkanlah sekolah yang terbaik untuk anak, yang memenuhi kebutuhan anak.
• Memberikan motivasi dan berikan kasih sayang yang tepat (mendidik).
• Fasilitasi dan siapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan kebutuhan yang terbaik untuknya
• dll

B. Prinsip PERKEMBANGAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP (tumbuh dan kembang)

Ustadz/dzah Orang Tua/Keluarga
• Memahami pertumbuhan anak (Memahami perkembangan anak
• Memahami gaya belajar anak yang berbeda ; auditorial, visual atau kinestetik.
• Ikut menjaga kesehatan anak dengan mengecek bekal makanan minuman (jajan) yang dibawa anak.
• Mengawasi anak saat bermain.
• Mengembangkan aspek-aspek perkembangan (Nilai moral dan Agama, Kognitif, Bahasa, Sosial dan emosional, Fisik, Seni, Kecakapan hidup)
• Memberikan dukungan, motivasi, bimbingan sesuai minat anak.
• Mampu menilai anak sesuai dengan perkembangannya
• Dll • Memberikan ASI eksklusif (0 – 6 bulan)
• Memberikan makanan yang bergizi, cukup dan seimbang
• Menjaga kesehatan anak dengan pola hidup sehat dan teratur
• Mengawasi saat anak bermain.
• Bersama-sama diskusi membuat aturan rumah dan harus konsisten dengan aturan yang ada.
• Memberikan contoh yang baik pada anak
• Mengatur jadwal belajar dan membatasi waktu menonton TV.
• Mendampingi saat menonton TV.
• Memahami perkembangan anak dan mengetahui bakat minat anak, dengan cara menjalin komunikasi dengan anak serta gurunya. dll

C. Prinsip MENGHARGAI PENDAPATNYA

Ustadz/dzah Orang Tua/Keluarga
• Mendidik dengan sikap dan kata-kata yang positif
• Tidak memberikan labeling, atau penilaian yang negatif
• Memberikan kesempatan untuk berpendapat, mengungkapkan perasaannya
• Memberikan penghargaan atas semua karya anak
• Tidak membanding-bandingkan dengan anak lain
• Dll • Mendidik dengan sikap dan kata-kata yang positif
• Tidak memberikan labeling, atau penilaian yang negatif
• Memberikan kesempatan untuk berpendapat, mengungkapkan perasaannya
• Tidak membanding-bandingkan dengan anak lain
• dll

Prinsip NONDISKRIMINASI
Ustadz/dzah Orang Tua/Keluarga
• Memperlakukan anak dengan adil ; tidak membeda-bedakan berdasar status sosial dan membanding-bandingkan
• Memberikan kebutuhan anak dengan proporsional (misal : berdoa, tidak boleh disamakan, harus sesuai dengan keyakinannya masing-masing)
• Memberikan kesempatan main yang sama, baik anak laki-laki atau perempuan, baik yang normal atau yang berkebutuhan khusus. dll • Memperlakukan anak dengan adil ; tidak membeda-bedakan dan membanding-bandingkan dengan saudara kandung atau temannya
• Memberikan kebutuhan anak dengan proporsional (misal : beribadah tidak harus menunggu dewasa dulu, tapi harus sejak dini)
• Memberikan dukungan dan kesempatan yang sama sesuai dengan minatnya.
• dll

KHA merupakan bagian integral dari Hak Asasi Manusia dan bersifat:
UNIVERSAL = Berlaku untuk semua manusia di mana saja
INALIENABLE = Tidak boleh dirampas oleh siapa pun dan tidak boleh diserahkan walaupun secara sukarela kepada siapa pun
INDIVISIBLE = Tidak ada hirarki (tingkatan pemenuhan) antara satu hak dan hak lainnya
Tidak ada istilah = ini dulu ... baru itu...!

Penutup
Janganlah kita mengambil hak dan kebutuhan anak usia dini dalam belajar. Karena dengan membebaninya dengan cara belajar yang tidak sesuai dengan fitrahnya, misalnya dengan cara skolastik (anak duduk, diam, dalam waktu yang lama, dan TIDAK MENYENANGKAN !), HANYA akan membuat anak-anak BISA, tetapi beberapa lama berikutnya menjadi TIDAK SUKA, padahal jika anak tidak suka lagi belajar, maka itulah awal kegagalan kehidupannya, karena pelajaran yang diterimanya tidak terbawa dalam perilakunya dikemudian hari, sehingga anak yang demikian akan menjadi BEBAN, bagi orang tua dan lingkungannya.
Pada anak usia sampai 8 tahun (kelas 3 SD), mereka dapat belajar dengan baik, apabila dilakukan dengan cara yang menyenangkan, misalnya bermain dan eksplorasi.
Bagi anak-anak bermain adalah pekerjaannya. Bahkan oleh Ki Hadjar Dewantara, (1948 : 262), memberikan penekanan :
Apabila ada seseorang anak tidak suka bermain – main,
bolehlah dipastikan bahwa anak itu sedang sakit jasmaninya maupun rohaninya


Dan jika pembelajaran pada anak MENYENANGKAN, sesuai dengan tahapan yang tepat, maka akan menjadikannya SUKA dan kemudian BISA, walaupun akan membutuhkan kesabaran dan waktu yang lebih lama. Namun demikian dengan modal SUKA belajar itulah, yang nantinya akan membuat anak CERDAS dan PAHAM tentang ilmu yang dipelajarinya.
Memahami hak anak, karakter, gaya belajar, dan potensi kecerdasan anak, menjadi prinsip belajar anak di TPQ, PAUD dan SD, yaitu : ”Berpusat pada anak” suhingga mampu mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui potensi otak kanan dan kiri.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah



PROSES PEMBELAJARAN TPQ PAUD

Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan PAUD. Proses pembelajaran merupakan wahana untuk memfasilitasi agar setiap anak dapat mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan usia dan potensi masing-masing. Proses pembelajaran PAUD dilakukan melalui “Program Pembiasaan” dan “Program Pengembangan”.
Proses pembelajaran anak usia dini pada program PAUD berbasis Ustadz/dzahan Al-Quran diintegrasikan dengan pengembangkan akhlak dan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam diri setiap anak sesuai ajaran Islam.

1. Program Pembiasaan
Program pembiasaan yang perlu dilakukan secara berkelanjutan, di antaranya:
a. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.
b. Mengikuti ibadah harian.
c. Senyum, salam, dan sapa.
d. Menjawab salam dan/atau pertanyaan.
e. Menggunakan kata-kata toyibah seperti maaf, permisi, terimakasih, tolong, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, bismillah, dsb.
f. Hormat kepada orang dewasa dan sayang sesama teman.
g. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
h. Saling tolong-menolong.
i. Aktif dan antisipatif.
j. Selalu ceria.
k. Senang membantu/menolong.
l. Berbicara dengan lembut dan santun.
m. Bersabar untuk antri atau menunggu giliran.
n. Menyegerakan urusan yang ditunggu teman/orang.
o. Berempati kepada teman yang sedih/kesusahan.
p. Bersikap jujur, adil, dan berani.
q. Mencintai lingkungan alam dan binatang sesuai ajaran agama.
r. Infaq, sodakoh, dan menyantuni anak yatim/fakir-miskin.
s. Bersyukur dan bertawakal.
t. Bersilaturahmi.
u. Pembiasaan cara belajar/beraktivitas/bekerja yang tepat
Program pembiasaan tersebut dilakukan secara berkelanjutan, namun perlu disesuaikan dengan kesiapan anak. Bila anak belum mampu atau lupa melakukan, maka guru mengingatkan melalui ucapan atau tindakan yang seharusnya dilakukan anak. Contoh: ketika anak lupa mengucapkan terimakasih saat dibantu atau diberi sesuatu, maka Ustadz/dzah yang mengucapkan “terimakasih”. Jika anak masih lupa atau belum mau mengucapkan, maka Ustadz/dzah yang terus mengucapkan. Demikian seterusnya sampai hal tersebut dilakukan dan menjadi perilaku anak. Jadi dalam melakukan pembiasaan ini tidak cukup hanya diajarkan, tetapi dicontohkan secara terus-menerus oleh Ustadz/dzah. Ustadz/dzah tidak perlu menegur apalagi menghukum anak yang belum melakukan, tetapi cukup mengajak, mencontohkan, atau mengingatkan.

2. Program Pengembangan
Program pengembangan anak dilakukan dengan mengacu pada: (1) tingkat pencapaian perkembangan anak menurut usia sebagaimana tertuang dalam Standar PAUD (Permendiknas No. 58 Tahun 2009); dan (2) potensi masing-masing anak bersifat unik, yaitu pola perkembangan setiap anak berbeda satu sama lain, sehingga tidak perlu memaksa anak untuk berkembang seperti anak lainnya. Indikator tingkat pencapaian perkembangan tersebut merupakan standar umum, sehingga pelaksanaannya harus disesuaikan dengan potensi masing-masing anak serta tidak boleh dipaksakan.

3. Keterpaduan antara Program Pembiasaan dan Program Pengembangan
Program pembiasaan dan program pengembangan pada anak usia dini tidak bersifat terpisah sendiri-sendiri (parsial), tetapi menyatu dan bersifat saling mendukung. Semua program tersebut ditujukan untuk membantu anak mencapai perilaku mulia (akhlaqul karimah) dan tingkat perkembangan sesuai usia sebagaimana tertuang dalam standar/kurikulum PAUD yang mencakup: (1) nilai-nilai agama dan moral; (2) gerakan kasar dan halus; (2) kognitif (pengetahuan umum, logika, seni, dan kreativitas); (3) bahasa (termasuk komunikasi); dan (4) sosial-emosional, dalam rangka membentuk pribadi yang Islami, sehat/bugar, cerdas, dan kreatif sesuai dengan potensi masing-masing. Para Ustadz/dzah dapat mengembangkan kegiatan lain yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan budaya masing-masing daerah.

Kegiatan Harian Ustadz/dzah
1. Penyiapan/penataan Bahan dan Alat Main
a. Sebelum kedatangan anak, Ustadz/dzah menyiapkan/menata bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk setiap kelompok.
b. Penataan alat main hendaknya mencerminkan rencana pembelajaan yang sudah dibuat, yaitu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai anak selama bermain dengan alat main tersebut.

2. Penyambutan Kehadiran Anak
Jika saatnya anak mulai datang, salah seorang Ustadz/dzah menyambut kedatangan anak dengan ramah dan membimbing untuk menyimpan bekal dan peralatan yang dibawa pada tempatnya.

3. Fasilitasi Kegiatan (bermain bebas)
a. Sambil menunggu anak-anak lainnya datang, anak yang sudah datang dipersilakan bermain bebas. Misalnya: menggambar, mencoret-coret bebas, atau kegiatan lain yang disukai anak.
b. Kegiatan penting sebagai sarana transisi sebelum mengikuti proses pembelajaran. Melalui kegiatan ini emosi anak dapat tersalurkan melalui coretan atau gambar yang dihasilkan. Selain itu, bermain bebas juga dapat mengembangkan aspek motorik halus, sosial-emosional, seni dan kreativitas, daya imajinasi, kognitif, dan bahasa anak.

4. Kegiatan Pembuka
Saat waktunya tiba, semua anak diminta berkumpul membentuk lingkaran besar untuk melakukan kegiatan pembuka. Kegiatan pembuka dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Salah seorang Ustadz/dzah memimpin kegiatan pembuka dengan mengucapkan salam lalu menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilakukan. Ustadz/dzah lain membantu mengatur anak agar mengikuti kegiatan pembuka dengan tertib. Kegiatan pembuka dapat berupa permainan tradisional, gerak dan musik, mendongeng, bernyanyi, menirukan gerakan/suara hewan, atau kegiatan lain yang melibatkan gerakan kasar dan membangun emosi positif anak.

5. Transisi
a. Setelah mengikuti kegiatan pembuka, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat permainan tebak-tebakan. Tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak tenang, anak secara bergiliran dipersilakan untuk minum (hidrasi) dan ke kamar kecil/mencuci tangan. Kegiatan ini bertujuan untuk latihan kebersihan diri ke kamar mandi (toilet training). Masing-masing Ustadz/dzah memimpin kelompok anak yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Setelah selesai toilet training, anak-anak diminta mengambil air wudhu untuk melakukan shalat dhuha dan pembiasaan agama.
c. Setelah semua anak siap, Ustadz/dzah mengajak anak-anak menuju sentra/kelompoknya guna persiapan shalat dzuha.

6. Pembiasaan Agama
a. Jika waktunya pagi dapat dimulai dengan shalat dhuha dapat dilakukan bersama seluruh anak atau di kelompoknya masing-masing.
b. Selesai shalat sunnah (misalnya shalat dhuha untuk pagi hari) dilanjutkan dengan pembiasaan membaca doa harian, surat pendek, atau lagu-lagu Islami (nasyid).

7. Kegiatan di Kelompok
a. Pijakan sebelum bermain
1) Ustadz/dzah dan anak-anak duduk melingkar atau menggerombol berhadapan dengan Ustadz/dzah. Ustadz/dzah memberi salam kepada anak-anak dan menyapa setiap anak dengan menanyakan kabarnya.
2) Ustadz/dzah meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak hadir
3) Mengajak anak membaca doa sebelum kegiatan dan meminta salah seorang anak untuk memimpin doa.
4) Ustadz/dzah menyampaikan kegiatan hari ini dan hal-hal yang dapat dilakukan anak.
5) Ustadz/dzah membacakan buku yang sesuai tema terintegrasi dengan nilai-nilai kehidupan beragama Islam.
6) Ustadz/dzah mengenalkan kosa kata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung pembelajaran anak.
7) Ustadz/dzah mengenalkan alat main yang sudah disiapkan.
8) Ustadz/dzah menjelaskan cara menggunakan alat-alat.
9) Agar tertib, anak-anak diminta mengusulkan dan menyepakati aturan bermain.
10) Ustadz/dzah mempersilakan anak untuk mulai bermain melalui kegiatan transisi, misalnya mempersilakan anak tertentu untuk bermain terlebih dahulu dengan menunjuk anak berdasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya.

b. Pijakan Saat Anak Bermain

1) Ustadz/dzah berkeliling dan memastikan semua anak-anak bermain.
2) Memberi gagasan cara main pada anak yang belum memiliki pengalaman menggunakan bahan dan alat main.
3) Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan anak.
4) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main anak. Pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup dengan dijawab ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak.
5) Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.
6) Mendukung anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya (densitas).
7) Mencatat dan mendokumentasikan yang dilakukan anak (jenis main, tahap perkembangan, tahap interaksi sosial)
8) Mengumpulkan hasil kerja anak dan mencantumkan nama dan tanggal di lembar kerja anak.
9) Bila waktu tinggal 5 menit, Ustadz/dzah memberitahukan pada anak-anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan mainannya.

c. Pijakan Setelah Bermain
1) Setelah selesai Ustadz/dzah memberitahukan saatnya mengembalikan mainan, alat dan bahan pada tempatnya dengan melibatkan anak-anak.
2) Bila anak belum terbiasa, Ustadz/dzah bisa membuat permainan yang menarik agar anak senang merapikan.
3) Saat merapikan, Ustadz/dzah menyiapkan tempat yang berbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat main sesuai dengn tempatnya.
4) Bila peralatan dan bahan main sudah dirapikan kembali, Ustadz/dzah merapikan tempat dan membantu anak merapikan baju anak dan menggantinya bila basah.
5) Bila anak sudah rapi, Ustadz/dzah bersama anak duduk melingkar untuk pijakan setelah main.
6) Setelah semua anak duduk, Ustadz/dzah menanyakan pada setiap anak kegiatan main yang dilakukannya. Kegiatan menanyakan kembali (recalling) melatih kekuatan berpikir anak, melatih menggunakan kalimat untuk mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya, memperluas perbendaharaan kata anak.
7) Ustadz/dzah mengajak anak membaca do’a setelah selesai kegiatan bermain.

8. Kegiatan Penutup (diikuti seluruh anak)
a. Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran besar, Ustadz/dzah dapat mengajak anak bernyanyi atau membaca puisi. Ustadz/dzah menyampaikan rencana kegiatan hari berikutnya dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah masing-masing.
b. Ustadz/dzah meminta salah satu anak secara bergiliran untuk memimpin doa penutup.
c. Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan warna baju, usia, dan lain-lain. Selanjutnya berjabatan tangan sambil mengucapkan salam.

9. Perencanaan Pembelajaran Hari Berikutnya
Sebelum pulang Ustadz/dzah hendaknya merapikan tempat kembali, melengkapi catatan perkembangan, dan bersama Ustadz/dzah lain mendiskusikan kejadian hari ini dan menyiapkan rencana kegiatan hari berikutnya.


*) Dedy Andrianto
Adalah Praktisi PAUD, Himpaudi Jateng,
Motivator Guru dan Konsultan Ustadz/dzahan
Ketua Yayasan Samudera Ilmu Semarang
Pelatih Guru PAUD kerjasama pemerintah RI-Unicef
Alamat : Jl. Kyai Abdul Manan No 3
Perum Dolog Pasadena Pedurungan Semarang
Telp/fax (024) 6731304 Hp. 081 22856044
Email ; andriantodedy@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar